Basuki alias Ahok punya dalih untuk mematahkan tuduhan itu. Bagaimana fakta sebenarnya?
Berikut ini dokumen dan keterangan-keterangan yang dimuat Koran Tempo edisi 8 Desember 2015 :
Lokasi Salah
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3CbRspqmjqa7tGWpXEwaKtHnwK-LXP_CmT424jl5LYs4_9bHbkhcBWpNwX8yJpy93WzpHrBBZqVwk6KbOljOzv9Mn1LWYLJ3vmGJWQkprZSOxpxvpkFcrWwM6H7bouEdxa3EXjXNjNdoe/s640/w3.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMe7yqVz6R9gBydDKF3cYm4BXkMfJ6-DyFC5XfyfQXI92_hUEZtu4wcbFrVLxKr6TMc_tYbBYX6nuxmpZp-0adlqpoljzaDCWGxW1OFr-3pKaPWhW6Q6VSPdtRKQyavlYm8yojHuQGyxza/s640/w4.jpg)
BPK:
Lokasi lahan Sumber Waras bukan di Jalan Kiai Tapa, tapi di Jalan Tomang Utara.
Ahok:
Lokasi tanah Sumber Waras seluas 3,6 hektare itu berada di Jalan Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat bukan di Jalan Tomang.
FAKTA:
Berdasarkan sertifikat Badan Pertanahan Nasional pada 27 Mei 1998, tanah itu berada di Jalan Kiai Tapa. Statusnya hak guna bangunan nomor 2878.
NJOP Keliru
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTH9xHPXTo6ETwom9yGMoAoCfXbuP3OcgNJigrxhtldkOtaYk8gOKuVgJ9MXFkdGWMuNCzub-_2dcbrEcOyQCGAgOlt0fw9j-KuqLOaYdtQR5-8ujcZXWom5NLXGKCfppEYm0SRTch-7hQ/s640/w2.jpg)
BPK:
Karena letaknya di Jalan Tomang Utara, basis pembelian lahan Sumber Waras memakai nilai jual obyek pajak jalan itu Rp 7 juta per meter persegi.
Ahok:
Penentu NJOP Sumber Waras adalah Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan yang menyebutkan pajak lahan itu mengikuti NJOP Jalan Kiai Tapa.
FAKTA:
Faktur yang ditandatangani Satrio Banjuadji, Kepala Unit Pelayanan Pajak Daerah Grogol menyebutkan tanah itu di Jalan Kyai Tapa dengan NJOP sebesar Rp 20,7 juta.
Kerugian
BPK:
Pembelian lahan Sumber Waras merugikan negara Rp 191 miliar karena ada tawaran PT Ciputra Karya Utama setahun sebelumnya sebesar Rp 564 miliar.
Ahok:
Tawaran Ciputra itu ketika nilai jual obyek pajak belum naik pada 2013. Pada 2014, NJOP tanah di seluruh Jakarta naik 80 persen.
FAKTA:
Berdasarkan data SIM PBB-P2 dari Direktorat Jenderal Pajak, NJOP lahan Sumber Waras yang ditentukan pada 2013 naik dari Rp 12,2 juta sedangkan pada 2014 Rp 20,7 juta.
Pembelian tanpa kajian
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtifeeIMjga-MJMFbJiMJI3HDxgDco4X0zHP_MMnhQZjZ5COE1XTIWDXbrnF7o6SNvY6p5Q39UKZcPW0iq6arlrhVSli-EQ-bNmEzc1JBkrr029r5fnI-ECZhvWhZ-GsptrpvNkjzQCQbn/s640/w1.jpg)
Pembelian lahan Sumber Waras kurang cermat karena tanpa kajian dan perencanaan yang matang.
Ahok:
Dibahas dan disetujui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
APBD 2014:
Pembelian tercantum di KUA-PPAS 2014 perubahan yang ditandatangani empat pimpinan DPRD 2014-2019: Ferrial Sofyan, Triwisaksana, Boy Bernadi Sadikin, dan Lulung Lunggana.
Sumber: TEMPO, Audit BPK, wawancara, Dinas Pelayan Pajak, BPN
0 Response to "Semprul! 4 Fakta Bukti Audit BPK 'Ngaco', BPN dan Pel. Pajak : Ahok Yang Benar! "
Post a Comment